Ramlan Ginting meninggalkan tanah kelahirannya di Kampung Bunuraya, Tanah Karo, Sumatra Utara saat berusia belasan tahun. Hanya bermodal tiga lembar pakaian dan uang seadanya. Dia kemudian bekerja serabutan, mulai dari menjadi kuli angkut, kernet, pedagang asongan, sampai pedagang kaki lima. Semua dilakoni demi tuntutan perut. “Saya pernah SMP,” katanya tentang pendidikan terakhir. Babak…